Teknik Pengumpulan Data penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif biasanya menggunakan sekaligus tiga teknik pengumpulan data, yaitu : observasi, wawancara dan dokumentasi. Seorang peneliti kualitatif harus dapat melaksanakan teknik ini secara cermat dan teliti, agar data yang diperoleh dapat dijamin kredibilitas, transfermibilitas, dependabilitas dan konfirmabilitasnya. Ketiga teknik pengumpulan data ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam tulisan berikut ini.1. Teknik Observasi
Teknik ini sengaja menempati urutan pertama, karena : 1) dalam praktek pelaksanaan penelitian yang bersifat naturalistik selalu dimulai dengan observasi, dan 2) dalam penelitian naturalistik, teknik ini lebih teliti dalam mengungkap data. Untuk itu, apabila peneliti ingin mengetahui apa sebenarnya yang dikerjakan orang, maka perlu mengamati dia, bukan menanyakan dia, misalnya melalui daftar pertanyaan. Agar
pelaksanaannya lebih terarah dan dapat menjaring informasi yang diperlukan dibuat semi berstruktur. Maksudnya, apa yang diamati telah disusn dalam suatu daftar, sehingga mudah menjaringnya. Observasi langsung ditujukan pada hal-hal yang berkaitan erat dengan masalah penelitian. Dengan cara ini serempak terjadi ”focused and selective observation” (Spradley, 1980: 730). Teknik observasi dapat dibedakan menjadi dua hal, pertama observasi partisipasi, dan kedua observasi non partisipasi. Observai partisipasi maksudnya peneliti menceburkan diri dalam kehidupan masyarakat dan situasi di mana mereka meneliti. Peneliti berbicara dengan bahasa mereka, menyatu dengan mereka, bergurau dengan mereka, dan sama-sama terlibat dalam pengalaman yang sama. Sedang observasi non partisipasi maksudnya peneliti hanya mngamati subyek dan obyek penelitian secara cermat, tetapi tidak terlibat langsung dalam aktivitas subyek dan obyek penelitian. Untuk memudahkan pengumpulan data dalam observasi partisipasi, seorang peneliti harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1) membuat catatan lapangan secara komplit, tepat dan detail, dan 2) membuat petunjuk khusus mengingat data (dengan kata kunci, kode, skema, dll.)
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara dalam penelitian kualitatif digunakan untuk melacak (probing) data yang dibutuhkan dari sumber data. Wawancara dilakukan secara informal atau dalam suasana bebas dan wajar. Bogdan dan Tayler (1973) menyarankan bahwa suasana terbuaka dan leluasa harus diciptakan oleh pewawancara atau peneliti dalam wawancara. Untuk itu peneliti harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Peneliti tidak boleh memotong pembicaraan, meskipun orang yang diwawancarai mengemukakan hal-hal yang kurang menarik, namun tetaplah mendengarkan apa yang dikatakannya, 2) Peneliti hendaknya memberika perhatian terhadap apa yang dikatakan orang yang diwawancarai, meskipun peneliti menggunakan tape recorder yang dapat merekam semua pembicaraan, 3) Peneliti tidak diperkenankan memberikan penilaian secara langsung terhadap apa yang dikatakan oleh orang yang diwawancarai, 4) Peneliti hendaknya bersikap reflektif terhadap jawaban orang yang diwawancarai dan tidak segera berpuas diri dan menghindari tingkah laku yang bersifat basa-basi. Dengan memperhatikan saran dari Bogdan dan Tayler tersebut, diharapkan tanpa disadari orang yang diwawancarai telah memberikan keterangan yang sangat berharga, sesuia dengan apa yang dia ketahui, pikirkan, amati, perbuat, harapkan dan rasakan.
Menurut Lincoln dan Guba (1985), ada tiga cara penataan urutan pertanyaan, yaitu : 1) tata urutan bentuk cerobong, dimana pertanyaan dimulai dari segi umum ke arah khusus, dan pertanyaan yang satu dengan yang lain harus berkaitan, 2) kebalikan bentuk cerobong, dimana pertanyaan dimulai dari yang khusus ke yang umum, dan 3) rencana kuintamensional, dimana pertanyaan difokuskan dari dimensi kesadaran deskriptif menuju dimensi affektif, perilaku dan kesadaran.
Dalam penelitian kualitatif, teknik wawancara mempunyai dua fungsi, yakni fungsi deskriptif dan eksploratif. Fungsi deskriptif yaitu melukiskan dunia kenyataan seperti dialami oleh orang lain. Dengan ini peneliti mendapat gambaran luas dan mendalam tentang masalah yang diselidikinya. Sedang fungsi eksploratif yaitu bila maslah yang dihadapi masih samar-samar, karena belum pernah diselidiki secara mendalam oleh orang lain, sehingga dapat mengadakan penelitian yang sistematis dan obyektif (Nasution, 1988).
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non-insani (Sonhadji, 1994). Data ini dapat berupa dokumen tertulis atau tercetak, daftar, catatan, surat-surat, prasasti, opini atau komentar, dsb.
Dibandingkan dengan teknik lain, teknik dokumentasi tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan, sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode ini yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati atau non-insani.
Dokumen dapat dibedakan menjadi dua, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis mengenai tindakan, pengalaman dan kepercayaannya (Sonhadji, 1994: 75). Ada tiga macam dokumen pribadi, yaitu : buku harian, surat pribadi dan otobiografi (Moleong, 1988; Sonhadji, 1994). Sedang dokumen resmi terdiri dari dua macam, yaitu dokumen internal dan eksternal (Moleong, 1988; Sonhadji, 1994). Dokumen internal adalah dokumen berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan, rekaman rapat, dan keputusan pimpinan yang digunakan untuk kalangan sendiri. Adapun dokumen eksternal adalah dokumen yang berupa bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh institusi lain, seperti majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan oleh media massa.
Untuk mempermudah merekam data dengan teknik dokumentasi, maka peneliti hendaknya menggunakan daftar cek (check list) untuk mencatat data yang sesuai dengan masalah penelitian. Apabila terdapat data yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda cek di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar masalah, peneliti dapat menggunakan kalimat bebas yang sesuai.
Dari uraian tentang teknik pengumpulan data di atas, jelas bahwa peneliti mengandalkan manusia sebagai alat pengumpul data (human instrument) atau dengan kata lain instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, bukan daftar pertanyaan atau angket, seperti pada penelitian klasik (Nasution, 1988). Diandalkannya manusia sebagai alat pengumpul data, agar kekakuan dalam pengumpulan data dapat dihindari (Bogdan & Biklen, 1982).
4. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion)
Suatu diskusi mendalam tentang berbagai temuan penelitian untuk mempertajam hasil penelitian. Harapannya adalah temuan yang kurang sesuai bisa diminimalisir, sedang temuan yang sesuai akan lebih tajam dan mendalam (in depth). DKT hendaknya melibatkan banyak pihak. Disamping subyek penelitian, akan lebih bermakna kalau melibatkan para pakar dan beberapa orang yang pernah melakukan penelitian yang sama, baik secara substansi maupun metodologinya. Suasana DKt harus diciptakan sedemikian rupa, sehingga: (1) terbangun suasana kehangatan hubungan antar pribadi peserta, (2) keterlibatan peserta dalam memberikan pemikiran mengenal masalah penelitian, (3) keantusiasan; dan (4) kesediaan menghargai pendapat antar peserta.
by nizar asyrofi